Page 133 - AR BRIDS 2022 - EBOOK - FINAL
P. 133
PT BRI DANAREKSA SEKURITAS
2022 Integrated Annual Report
Nilai tukar Rupiah per USD diprediksikan berada pada The exchange rate of Rupiah per USD is expected to be
kisaran Rp14.900 – Rp15.600, kisaran prediksi BRIDS around Rp14,900 – Rp15,600, where the predictive range
ini lebih lebar dan lebih lemah dibandingkan asumsi of BRIDS is wider and lower than the assumptions in the
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 2023 State Budget which is in the range of Rp14,300 –
yang di kisaran Rp14.300 - Rp14.800. Pergerakan Rupiah Rp14,800. The movement of the Rupiah will still depend
masih akan bergantung pada seberapa besar tekanan on the pressure on both internal and external sides.
dari sisi internal maupun eksternal. Beberapa hal yang Among the factors affecting the pressure on the Rupiah
mempengaruhi tekanan Rupiah di antaranya kenaikan is the increase in the benchmark interest rate, an
suku bunga acuan, kenaikan indeks dolar AS, potensi increase in the U.S. dollar index, the potential for capital
terjadinya capital flight, serta moderasi harga komoditas flight, as well as moderation in commodity prices which
yang membuat surplus perdagangan mengecil. will reduce the trade surplus.
PROSPEK INDUSTRI PASAR MODAL KE DEPAN DISCUSSION
FUTURE OUTLOOK OF THE CAPITAL MARKETS INDUSTRY AND ANALYSIS MANAGEMENT
PROSPEK PASAR SAHAM
STOCK MARKET OUTLOOK
Lanskap makro pada tahun 2023 kemungkinan akan terdiri In 2023, the macro landscape is expected to include 2
dari 2 (dua) fase, diawali oleh pertumbuhan yang lemah (two) phases, beginning with low growth and recession
dan risiko resesi pada lingkungan suku bunga tinggi, lalu risks in an environment of high interest rates, followed by
diikuti fase kedua yakni prospek penurunan suku bunga a second phase, namely the prospect of a rate reduction
atas moderasi penuh dari tingkat inflasi. Oleh karena on full moderation of the inflation rate. Therefore, we
itu, kami mengidentifikasi 3 (tiga) tema utama untuk identify 3 (three) key themes to play in 2023, which able
dimainkan pada tahun 2023, yang dapat menangkap sifat to capture the defensive nature during the first phase, but
defensif selama fase pertama, tetapi juga memberikan also offer benefits in the eventual return to the growth
keuntungan pada potensi ayunan kembali ke growth sector in the second phase (moderation of inflation).
sector di fase kedua (moderasi inflasi). Kami juga melihat There is also evidence that the secular growth of the
bahwa pertumbuhan sekuler dari sektor yang berkaitan Electric Vehicle (EV) sectors and the increased mobility of
dengan kendaraan listrik (EV) dan peningkatan mobilitas individuals will also benefit some sectors.
masyarakat juga akan menguntungkan sektor tertentu.
1. Tema yang didorong oleh Konsumsi Domestik 1. Domestic Driven Plays: Major Theme.
(Domestic Driven Plays) : Tema Utama We anticipate that the growth in household
Kami perkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga consumption is projected to remain strong due to
akan tetap tinggi didorong oleh tiga faktor yaitu three factors, namely higher increases in the minimum
kenaikan upah minimum yang lebih tinggi, pengeluaran/ wage, expenses during the election period, and higher
belanja di masa pemilu, dan alokasi subsidi yang lebih subsidy allowances with controlled inflation and
besar diiringi dengan inflasi yang terkendali dan increased consumer confidence. This background can
peningkatan kepercayaan konsumen. Latar belakang provide greater room for growth for domestic-oriented
ini dapat memberikan ruang pertumbuhan yang lebih businesses, including the Banking, Consumer Goods,
baik bagi perusahaan yang didorong oleh konsumsi and Poultry sectors. Particularly in the Consumer Goods
domestik, diantaranya sektor Perbankan, Barang sector, we anticipate higher margins as input costs may
Konsumer, dan Perunggasan. Utamanya pada sektor be lower as a result of moderating commodity prices.
Barang Konsumer, kami memperkirakan akan terjadi
peningkatan marjin mengingat biaya input dapat
menjadi lebih rendah akibat moderasi pada harga
komoditas.
131